PESANTREN KU

                                                     PESANTREN AL- HAMIDIYAH 


Pesantren Al-Hamidiyah yang didirikan pada tanggal 17 Juli 1988 oleh KH. Achmad Sjaichu bertujuan untuk mewujudkan keinginannya yang besar dalam menangani pengembangan dan pelestarian kegiatan pendidikan dan dakwah.  Menurutnya, para santri/siswa perlu dipersiapkan sejak dini dengan seperangkat ilmu dan keterampilan yang cukup untuk menyertai perkembangan kehidupan modern yang kian kompleks.

              

Pesantren Al-Hamidiyah tidak hanya membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan agama dan umum, tetapi juga mendidik mereka menjadi seorang muslim yang beriman, berakhlak karimah, berpola hidup sederhana, dan dibimbing untuk menempuh kehidupan secara mandiri dalam berbagai hal dengan mengedepankan semangat kebersamaan. 

          

Hingga saat ini  Pesantren Al-Hamidiyah telah dikenal secara nasional.  Hal ini terbukti dari santri yang belajar tidak hanya berasal dari Jabodetabek tetapi juga dari luar Jabodetabek seperti dari daerah Aceh, Batam, Padang, Jambi,Palembang, Lampung, Kepulauan Seribu, Cianjur, Bandung, Kalimantan, Ambon, Papua, dan daerah lainnya.

 

Sejarah panjang perjalanan pesantren-pesantren di Indonesia membuahkan  berbagai kesimpulan yang sangat beragam.  Penelitian dan pengamatan para pakar pendidikan yang datang dari manca negara menunjukkan adanya unsur positif yang terkandung dalam dunia pesantren, bahkan pengakuan terhadap eksistensi pesantren sebagai salah satu model pendidikan keagamaan (Islam) di Indonesia tidak ada persamaan dengan model-model pendidikan keagamaan di negara manapun, dan hal inilah yang semakin memperkuat eksistensi pesantren di Indonesia.

              

Konon di Negeri tempat turunnya Islam (Saudi Arabia) pun belum dikenal model pendidikan pesantren.  Memang belum bisa disimpulkan bahwa kemajuan Islam dan maraknya kehidupan beragama di bumi pertiwi ini  sebagai akibat dari kuatnya posisi pesantren yang telah mengkader sejumlah tokoh penting antara lain seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. Saifuddin Zuhri, KH. Achmad Sjaichu, dan lain-lain.  Tetapi dapat dipastikan sedikit banyak ada unsur pemikiran mereka yang mengakar dari pesantren.

 

Saat ini dengan berbagai ikhtiar yang dilakukan oleh Pesantren Al-Hamidiyah sebagaimana dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya merupakan salah satu usaha melanjutkan dan mewujudkan cita-cita perjuangan para ulama terdahulu .  Semangat dan cita-cita ulama mewujudkan masyarakat yang berdaya, kuat, cerdas, dan berkualitas dalam menunaikan tugas-tugas kekhalifahan, keagamaan, dan kemanusiaan, perlu secara terus menerus diaktualkan, ditingkatkan, dan dikembangkan, bukan saja oleh dunia pesantren tetapi juga berbagai kalangan lebih luas.  Kehadiran pesantren Al-Hamidiyah sebagaimana pesantren lainnya yang berkembang sekarang, dapat dipandang sebagai salah satu cara memelihara nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan semangat keikhlasan para ulama.

 

Para kiai dan ulama yang memiliki semangat dan cita-cita mulia seperti itu sebagian besar memiliki ikatan sejarah yang secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan erat dengan dunia pesantren, baik dari segi tradisi, kultur, pola hidup, maupun dari disiplin keilmuannya.  Perkembangan negeri ini dari waktu ke waktu membawa mereka untuk memilih medan dan lingkup berkhidmat yang berbeda, namun tetap dilatarbelakangi kesatuan visi, orientasi, dan cita-cita.  Di atas semua itu, nilai-nilai keteladanan, kesalehan, kearifan, keihlasan, dan kejujuran, senantiasa mewarnai berbagai sisi kehidupan.

           

Pendiri pesantren Al-Hamidiyah, KH. Achmad Sjaichu (wafat 4 Januari 1995), merasa terpanggil untuk melakukan salah satu usaha dalam rangka mewujudkan cita-cita utama yaitu dengan mendirikan beberapa lembaga diantaranya pesantren Al-Hamidiyah yang berdiri cukup megah di Kota Depok dan Al-hamdulillah masih eksis sampai sekarang.  Bagi KH. Achmad Sjaichu, yang memiliki ikatan historis dengan dunia pesantren, pesantren Al-Hamidiyah dipandang sebagai salah satu wahana untuk menjalankan ikhtiar-ikhtiar dalam rangka melanjutkan upaya pencapaian cita-cita yang telah dilakukan oleh para ulama besar pendahulunya yang memiliki kepedulian terhadap usaha mencerdaskan kehidupan manusia Indonesia.

Komentar